Jakarta, 5 Agustus 2025 – Aspek lingkungan dengan industri energi seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan. Keduanya saling berkaitan dan menopang satu sama lain. Karena itulah PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) terus menunjukkan komitmennya untuk turut menjaga kelestarian lingkungan dan juga memastikan ketahanan energi nasional. Salah satunya dengan terus mendukung transisi energi di Indonesia, menuju energi yang lebih ramah lingkungan.
Pjs Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani mengatakan, dalam menuju transisi energi di Indonesia, KPI menekankan pada dua langkah utama yang dilaksanakan perusahaan, yakni menghasilkan bahan bakar rendah emisi dan berinovasi dalam menghasilkan produk bahan bakar hijau (green fuel). Menurut Milla, dua hal tersebut merupakan langkah yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yaitu memastikan lingkungan menjadi lebih baik, lebih hijau dan bersahabat untuk semua.
“Menjaga lingkungan merupakan tanggung jawab kita semua, termasuk KPI yang bergerak di industri pengolahan minyak. Karena itulah peta jalan atau road map kami juga mengarah kesana. Hal ini juga tentunya sejalan dengan peta jalan yang dicanangkan oleh pemerintah,” ujar Milla.
Terkait dengan energi rendah emisi, KPI telah melakukan sejumlah inovasi, diantaranya memproduksi bahan bakar minyak (BBM) berstandar dunia, setara dengan Euro 4 atau Euro 5 yang diproduksi oleh Kilang Cilacap, Kilang Balongan dan Kilang Balikpapan. Milla mengatakan, BBM ini lebih ramah lingkungan karena memiliki kadar sulfur rendah, yakni 50 ppm (parts per million). Angka ini jauh lebih rendah dibanding BBM konvensional yang kadar sulfurnya bisa mencapai 500 ppm.
Produk BBM standar Euro 4 yang kini sudah beredar di pasaran diantaranya Pertadex, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95. Tak berhenti di sana, KPI juga memproduksi BBM dengan kadar sulfur yang lebih rendah lagi, yakni sesuai standar Euro 5 dengan 10 ppm. Kini, BBM ramah lingkungan tersebut telah diproduksi di Kilang Balongan dengan nama di pasaran, Diesel X.
Milla menyatakan, Kilang Balikpapan juga akan memproduksi bahan bakar minyak (BBM) setara Euro 5 melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP). Total kapasitas pengolahan di kilang tersebut mencapai 360 ribu barrel per hari. “BBM kita akan jauh lebih baik dibandingkan dengan standar dunia. Ini sekaligus menunjukkan komitmen KPI untuk memastikan kilangnya dapat memproduksi BBM rendah emisi, yang lebih ramah lingkungan,” sambung Milla.
Sementara terkait dengan green energy atau energi hijau, lanjut Milla, KPI juga telah melakukan inovasi dengan menghasilkan sejumlah produk BBM dari bahan campuran non-fosil, diantaranya adalah biodiesel dengan campuran minyak nabati yang saat ini 40% (B40).
"Komitmen KPI untuk turut mensukseskan program B40 tersebut dilakukan melalui Kilang Plaju dan Kilang Kasim," kata Milla.
Selain itu, KPI juga kini telah memiliki kemampuan dalam memproduksi jenis BBM lainnya dengan 100% nabati, yakni Hydrotreated Vegetable Oil atau HVO. Produk Pertamina dikenal dengan nama Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD). KPI juga saat ini tengah memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dengan bahan baku UCO (Used Cooking Oil) atau minyak jelantah.
Tantangan transisi energi
Meski teknologi produksi BBM rendah emisi KPI telah teruji, Milla menyampaikan bahwa ada sejumlah tantangan yang dihadapi KPI dalam proses transisi energi. Hal utama yang menjadi perhatian adalah bagaimana memaksimalkan kapasitas produksi agar produk kilang mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
KPI terus melakukan pembaruan terhadap fasilitas eksisting, membangun kilang baru, serta melanjutkan proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) guna meningkatkan efisiensi dan kapasitas produksi.
“Dengan teknologi kilang yang kami miliki, sumber daya manusia yang kompeten, dan dukungan penuh dari pemerintah, kami optimis mampu memberikan kinerjan opearsional yang maksimal dan memenuhi kebutuhan energi nasional,” pungkas Milla.