JAKARTA - Di balik rutinitas sehari-hari yang tampak sederhana, seorang ibu sebenarnya memainkan peran penting dalam pembentukan karakter dan kebiasaan anak, termasuk dalam urusan keuangan. Melalui berbagai keputusan finansial yang dilakukan setiap hari baik saat memasak, mengantar anak sekolah, maupun saat mengatur pengeluaran rumah tangga seorang ibu sejatinya sedang mengajarkan nilai-nilai finansial yang berharga bagi anak-anaknya.
Psikolog klinis Marissa Meditania, M.Psi., menegaskan bahwa cara seorang ibu mengelola uang menjadi contoh langsung bagi anak-anak dalam memahami dan mengelola keuangan sejak dini. Menurutnya, tanpa disadari, anak belajar bukan dari teori atau nasihat semata, tetapi dari kebiasaan yang mereka lihat setiap hari di rumah.
“Tanpa sadar, cara ibu menggunakan uang jadi pelajaran pertama soal keuangan untuk anak. Karena yang paling membekas bukan nasihat, tapi kebiasaan yang mereka lihat setiap hari,” ujar Marissa, dalam keterangan resminya di Jakarta.
Ia menyoroti bahwa banyak ibu di Indonesia berperan sebagai “menteri keuangan” dalam keluarga. Namun, pengambilan keputusan keuangan sering kali dilakukan dalam kondisi kurang ideal. Bukan karena kurang peduli, melainkan karena harus mengambil keputusan cepat di tengah kesibukan rumah tangga yang padat, tuntutan melindungi keluarga, serta keterbatasan akses terhadap edukasi keuangan.
“Keputusan finansial sering diambil sambil masak, antar anak atau mengurus rumah. Akhirnya, kebutuhan hari ini terasa lebih penting daripada memikirkan dampaknya di kemudian hari,” lanjutnya.
Marissa juga menjelaskan bahwa tekanan emosional yang kerap dialami ibu rumah tangga berpotensi memicu keputusan finansial yang impulsif. Misalnya, kebiasaan berbelanja secara daring sebagai bentuk pelarian dari stres atau rasa bersalah karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.
"Misalnya, karena capek sehabis kerja tiba-tiba checkout keranjang belanja buat healing, beli mainan anak karena rasa bersalah terlalu sibuk atau bahkan nekat pakai pinjaman daring karena kepepet kebutuhan mendesak," jelasnya.
Dalam praktiknya, kemudahan akses ke layanan pembiayaan seperti Paylater juga turut memengaruhi kebiasaan belanja. Data menunjukkan bahwa hampir lima dari sepuluh pengguna Paylater adalah perempuan dengan rentang usia 18–35 tahun. Layanan ini memang bisa menjadi alat bantu keuangan, tetapi tetap membutuhkan pemahaman dan pengelolaan yang bijak.
Untuk membantu para ibu agar lebih cermat dalam mengelola keuangan keluarga, Marissa Meditania membagikan beberapa kiat yang bisa diterapkan sebelum memutuskan menggunakan layanan seperti Paylater. Langkah ini penting untuk menjaga stabilitas finansial sekaligus memberi contoh bijak bagi anak-anak.
Berikut empat langkah utama yang disarankan:
1. Kenali Emosi Sebelum Ambil Keputusan Keuangan
Emosi yang tidak stabil sering kali membuat keputusan menjadi impulsif, terutama untuk belanja harian atau kebutuhan mendesak. Marissa menyarankan pentingnya menerapkan konsep mindful spending, yaitu berbelanja secara sadar dan penuh pertimbangan.
Paylater sebaiknya digunakan hanya untuk kebutuhan yang benar-benar penting, bukan karena dorongan emosi sesaat seperti stres, lelah, atau keinginan spontan.
2. Hitung Dulu Sebelum Gunakan Paylater
Mempertimbangkan kemampuan membayar cicilan adalah kunci utama agar arus kas keluarga tetap stabil. Idealnya, total cicilan bulanan tidak melebihi 30 persen dari penghasilan. Menghitung terlebih dahulu akan membantu mencegah pengeluaran melebihi batas kemampuan.
3. Pilih Layanan Resmi yang Terdaftar di OJK
Dengan maraknya layanan keuangan digital, sangat penting untuk memilih penyedia jasa yang resmi dan terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Hal ini menghindarkan dari risiko pinjaman ilegal yang tidak transparan dan berpotensi menyalahgunakan data pribadi pengguna.
4. Diskusikan Keuangan dengan Pasangan atau Orang Terpercaya
Marissa menyarankan agar para ibu terbuka dalam berdiskusi soal keuangan, terutama dalam kondisi tekanan atau saat menghadapi pengeluaran tak terduga. Berbagi dengan pasangan atau orang terpercaya bisa membantu mendapat perspektif tambahan serta dukungan emosional.
Lebih jauh lagi, Marissa mengingatkan bahwa keputusan finansial seorang ibu tidak hanya berdampak pada keuangan keluarga saat ini, tetapi juga menjadi pembelajaran jangka panjang bagi anak-anak mereka. Anak akan mencontoh bukan dari apa yang didengar, tapi dari apa yang dilihat dan diteladani.
"Penting bagi ibu untuk mengambil keputusan secara mindful, bukan hanya demi menjaga keuangan tetap sehat, tapi juga untuk menanamkan nilai finansial yang bertanggung jawab sejak dini," tuturnya.
Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya peran ibu dalam pendidikan finansial anak, pendekatan pengelolaan uang yang lebih sadar, terukur, dan bertanggung jawab akan membentuk generasi yang lebih bijak dalam menghadapi tantangan keuangan di masa depan.
Keseharian seorang ibu mungkin terlihat sederhana, namun di dalamnya terkandung nilai-nilai besar yang ditanamkan melalui tindakan nyata. Maka, setiap keputusan finansial yang dibuat hari ini bukan hanya menjaga keberlangsungan rumah tangga, tapi juga membentuk kebiasaan dan pola pikir anak terhadap uang, nilai, dan tanggung jawab.